Sabtu, 21 April 2012

Atase Iran: Kami Tidak Pernah Sulut Perang

Parade pasukan Angkatan Darat Iran (Reuters/Morteza Nikoubazl)


Iran menyatakan dalam sejarahnya tidak pernah menyulut perang, selain karena terpaksa membela negara. Negeri Teluk Parsi ini juga menyatakan mengutuk upaya-upaya penggunaan senjata pemusnah massal, termasuk nuklir. 


Pernyataan itu disampaikan Atase Militer Iran di Indonesia, Kolonel Mohammad Reza Rafiee. Bersama Duta Besar Mahmoud Farazandeh, Rafiee memimpin perayaan 33 tahun Angkatan Darat Republik Islam Iran di Jakarta, Jumat malam 20 April 2012. 
"Perlu disebutkan bahwa sepanjang catatan sejarah, Iran tidak pernah memulai sebuah peperangan, tetapi membela dan mempertahankan dengan gagah berani atas segala ancaman atau serangan terhadap bangsa," ujarnya.


"Ancaman perang yang dipaksakan, embargo persenjataan dan berbagai sanksi lainnya terhadap militer Iran dijadikan sebagai motivasi dan sebuah peluang untuk mengembangkan kemampuan di berbagai bidang," kata Rafiee. 
Tekanan itulah yang memicu keberhasilan dalam mencapai kemandirian Iran dalam mengembangkan teknologi modern persenjataan konvensional dan amunisi, meningkatkan pengetahuan ilmiah, taktik, dan teknik.



Menurut dia, militer Iran sangat menjunjung tinggi nilai-nilai kehormatan, kebajikan dan kemanusiaan. "Secara pasti dan tegas mengecam dan mengutuk segala bentuk pembuatan, kepemilikan serta penggunaan senjata pemusnah massal ataupun senjata nuklir," kata Rafiee. 


Pernyataan itu bertolak belakang dengan kecurigaan AS dan negara-negara Barat lainnya bahwa Iran sedang mengembangkan teknologi nuklir yang berpotensi menjadi senjata. Walau Iran berkali-kali menyatakan hanya untuk kepentingan damai, teknologi nuklir itu membuat mereka berkali-kali menerima sanksi internasional. 
Kolonel Safiee mengingatkan bahwa setelah Revolusi Islam 1979, militer Iran berhasil mengatasi berbagai masalah dalam rentang waktu sepuluh tahun. Ini termasuk perang selama delapan tahun dengan Irak, yang menurut Rafiee dipaksakan dan tidak seimbang. 



Selama perang itu, militer Iran telah berkorban 48.000 syuhada, 200.000 korban terluka, dan 26.000 warganya jadi tahanan perang. "Seperti yang diketahui, hasilnya adalah perlawanan hebat dengan kemenangan yang gemilang bagi bangsa dan militer Iran," tutur Rafiee.
Saling Pengertian
Dia melanjutkan, hubungan persahabatan dan persaudaraan antara Republik Islam Iran dan Republik Indonesia semakin meningkat dalam hal politik, ekonomi, dan budaya yang didasarkan kepada sikap saling pengertian serta hubungan persaudaraan yang sangat bersejarah. 


"Kedua negara tidak pernah gagal untuk saling mendukung apabila waktunya telah tiba. Kami yakin bahwa hubungan persahabatan antara Republik Islam Iran dengan Republik Indonesia, juga antara angkatan bersenjata kedua negara akan semakin erat dan dapat lebih ditingkatkan di masa yang akan datang," kata Rafiee. (art)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar