Kamis, 19 April 2012

GEDUNG DPR, SAKSI BISU TERJADINYA SEKS BEBAS



Ditemukannya k0ndom bekas di gedung DPR, menunjukkan kepada kita bahwa ternyata gedung DPR itu bukan hanya dijadikan tempat untuk menonton video po*no oleh anggota dewan. Adegan s3ks itu tidak hanya berhenti di gambar film, seperti yang dilakukan oleh Arifinto. Ternyata ada aktualisasinya juga. K0ndom bekas, cleaning service dan gedung tempat orang terhormat itu yang menjadi saksinya.

Siapakah pemakai k0ndom bekas yang ditemukan di tempat sampah itu? Sampai sekarang memang belum ada yang tertangkap basah sedang membuang kondom. Permadi pernah memberi kesaksian di sebuah stasiun televisi, bahwa cleaning service sering menemukan kondom bekas di gedung anggota dewan. Konon, pemakai kondom itu adalah anggota dewan sendiri.

Untuk membuktikan siapa pemilik kondom itu, apakah anggota dewan atau orang yang kebetulan mampir di gedung dewan hanya untuk membuang sampah kondom itu, mudah sekali. Caranya adalah dengan melakukan tes DNA atas sperma itu. Tetapi apa gunanya? Siapa yang mau membiayai tes DNA itu dan apa pula untungnya kalau kita tahu? Apakah itu bisa membuat anggota dewan kita jadi lebih baik, bersih dan bermartabat?

Atau malah membuat rakyat semakin malu, karena memiliki anggota dewan yang tidak bisa internet, tidak tahu alamat email resmi lembaga mereka, kendati sudah 2 tahun bekerja di sana, ketahuan gagap dan tidak well informed saat ditanya tentang kepentingan dan kebutuhan studi banding serta kunjungan kerja mereka oleh para pelajar kita? Sudah begitu porno dan hidung belang lagi?

Dengan ditemukannya kondom bekas di tempat sampah gedung DPR, membuka mata kita bahwa mereka ternyata membutuhkan seks bebas juga. Mungkin mereka terlalu stress dan penat, karena itu mereka membutuhkan hiburan lahir-batin. Seks adalah obat paling mujarab melepaskan semua ketegangan. Namun karena jam kerja mereka tidak menentu, maka mereka tidak sempat pulang ke rumah. Tidak mungkin juga memanggil istri malam-malam ke gedung DPR bukan? Jadi cari saja alternatif lain, yang lebih mudah, bisa dipanggil kapan saja. Atau kalau ada yang gratis, mengapa harus bayar?

Konon, banyak anggota DPR yang memiliki affair dengan sekretaris pribadinya. Jadi untuk mencegah hal-hal yang tidak diinginkan, seperti kehamilan yang tidak diinginkan atau penyakit bawaan yang dimiliki pasangan, maka demi kenyamanan, kenikmatan dan keamanan bersama, digunakanlah kondom itu. Maka jangan heran, kalau esok paginya cleaning service menemukan kondom bekas di tempat sampah, di ruang kerja anggota dewan.

Selain terlibat skandal dengan sekretaris pribadi, ada hubungan lain yang bersemi di antara anggota dewan. Sudah bukan berita baru bahwa di tempat kerja sering terjadi cinta lokasi. Kita bisa melihat secara kasat mata banyak di antara mereka yang saling suka, karena terlalu sering bertemu di rapat komisi dan atau paripurna. Ada yang memilih meninggalkan pasangannya dan ‘jalan’ dengan rekan kerjanya di DPR itu.Dari teman jadi deman, karena faktor kebiasaan. Kebiasaan bertemu, kebiasaan bertukar-pikiran, lama-lama kebiasaan jalan.

Atau bila tidak, ya cukup tahu sama tahu sajalah. Sama-sama tahu bahwa keduanya saling tertarik, namun apa daya ada pasangannya. Jadi kalau mau diteruskan, namun tetap bertahan pada pasangan masing-masing, tidak masalah toh? Itulah gunanya affair itu! Affair yang sukses dilakukan apabila tidak ketahuan oleh siapapun, namun akhirnya bercerai dengan pasangan masing-masing dan akhirnya menikah. Nah itulah affair yang sukses.

Tetapi siapa yang tahu? Hanya Tuhan dan anggota dewan yang tahu, apa yang sesungguhnya terjadi gedung DPR itu? Tidak ada yang tahu itu sperma siapa, melakukan hubungan seksnya dengan siapa, dan dimana persisnya, tidak ada yang benar-benar tahu. Karena semua saksinya yang menyaksikannya bisu. Gedung dan segala isinya, tempat dimana terjadinya hubungan seks itulah saksi bisunya. Kecuali bila mereka secara tidak sengaja, karena sedang khilaf dan kebelet, nekad melakukannya saat siang hari atau sore hari, padahal masih ada wartawan dan akhirnya tertangkap kamera, baru semua akan terbuka dengan jelas.

Kondom itu hanya menginformasikan kepada kita bahwa ada banyak hubungan seks terjadi di gedung itu. Gedung dewan yang terhormat itu, tidak hanya sering menjadi sarang penyamun, karena banyak anggota dewan yang terlibat korupsi. Namun, jadi tempat memuaskan hasrat seksual para anggota dewan juga. Kembali mata kita terbuka, mereka hanya manusia biasa. Mereka juga butuh seks bebas. Mumpung tidak ketahuan, jadi mengapa tidak diteruskan saja bukan? Toh selama ini hanya gedung bisu yang menjadi saksinya. Apalagi sebentar lagi gedung itu akan disulap menjadi gedung yang jauh lebih nyaman dan luas, untuk melakukannya. Jadi tarik mang, goyang terus…(Eva)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar