Sajianberita - Selasa 22 Mei 2012 siang, Rumah Sakit Polri Soekanto, Kramat Jati, Jakarta Timur yang beberapa hari sebelumnya sempat sepi, kembali diramaikan keluarga korban kecelakaan pesawat Sukhoi Superjet-100. Ini kesempatan terakhir mereka melihat langsung jasad orang-orang terkasih.
Berlindung dari terik matahari, di bawah tenda, para anggota keluarga korban dengan sabar menunggu giliran dipanggil tim Disaster Victim Identification (DVI) . Satu per satu mereka masuk, sesuai nomor urut, menerima konseling psikolog.
Kepada mereka diterangkan kondisi jenazah yang tak lagi utuh dan dimakan waktu. Bagi yang tidak kuat, sebaiknya tak memaksa diri.
Usai diberikan konseling, para keluarga kemudian memasuki area di mana peti-peti berisi jenazah berada, dekat tenda DVI. Di situ lah para keluarga melihat jenazah korban. Air mata tertumpah di sana.
Ada yang nampak tegar, ada pula yang tak sanggup menutupi kesedihannya usai melihat jenazah. Keluarga pramugari Sky Aviation, Heny Stefani adalah salah satu keluarga yang sudah melihat jenazah. Ayah Heny melihat jasad putrinya, didampingi istri, Nurlela dan Firdaus, kakak kandung korban.
Sujaih yang berusia 72 tahun itu pun tak bisa menyembunyikan ekspresi wajah sedihnya usai melihat jenazah anaknya terkasih. "Ya begitulah enggak bisa diceritain, kalau dalam bayangan saya, dia masih seperti dulu di saat Sky Aviation," kata Sujaih dengan wajah penuh duka mendalam.
Didampingi juga oleh seorang psikolog, Sujaih menuturkan, bahwa secara garis besar, jenazah anaknya masih bisa dikenali. Terutama dari struktur wajahnya. Saat melihat, jenazah anak keempatnya itu sudah dikafani. "Tinggal dibawa," ujarnya.
Pria sepuh itu pun tak kuasa menahan air matanya yang begitu saja terjatuh ketika melihat anaknya sudah terbaring kaku dalam peti jenazah berwarna cokelat. "Saya menangis tadi pas melihat," ucapnya. "Semoga dia bisa diampuni dosa-dosanya."
Rencananya, jenazah Heny akan dimakamkan di Lampung, Kalang Padang, Tengganus, pada Rabu sore, 23 Mei 2012. "Dari Halim mau langsung diterbangkan ke Lampung," kata dia.
Kesedihan mendalam juga terpancar dari keluarga Pramugari Sky Aviation, Dewi Mutiara. Ayahandanya, Sidup Usman sampai tak bisa mengungkapkan lewat untaian kata-kata usai melihat jenazah anaknya dari balik peti. Ia pasrah pada takdir.
"Ya bagaimana pun juga sebagai orang tua ditinggal anaknya tercinta, susah diungkapkan dengan kata-kata. Tapi ini sudah merupakan suratan takdir dari Tuhan," kata Usman.
Dengan mata merah habis menangis, Usman bercerita, bahwa kondisi anaknya yang sekarang sudah berbeda dengan yang dulu. "Tadi sudah lihat. Secara fisik ya, saya beranggapan bahwa itu adalah anak saya yang sempurna. Jadi kami kuatkan walaupun melihat kondisinya yang beda dari sebelumnya," kata Usman sambil menjelaskan, bahwa jenazah Dewi, rencananya akan dimakamkan di Tempat Pemakaman Umum (TPU) Pisangan Barat, Ciputat.
Usman mengatakan, anaknya tersebut baru sebulan bekerja di Sky Aviation sebagai pramugari. "Sebelumnya di Lion Air empat tahun," ujarnya.
Meski banyak yang tak dapat menyembunyikan rasa kesedihannya, namun ada juga anggota keluarga yang berusaha tegar usai melihat jenazah. Seperti yang ditunjukkan Andry Rudiantara, adik dari jurnalis Majalah Angkasa, Dody Adiantara.
"Saya memang sedih lihatnya. Tapi secara spesifiknya, sorry saya tidak bisa mengungkapknannya. Maaf ya," kata Andry, tegar. (umi)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar