Rabu, 14 November 2012

Mengungkap Misteri Mumi Frankeistein

Beberapa mumi yang yang ditemukan di lepas pantai Skotlandia adalah gabungan beberapa mayat yang menyerupai Frankenstein, ungkap para peneliti.

Campuran kerangka tersebut mungkin dirancang untuk mengombinasikan beberapa leluhur yang berbeda hingga menjadi satu garis keturunan, ujar arkeolog berspekulasi.

Mayat tersebut pertama kali ditemukan pada 2001 saat penggalian di bawah pondasi dari sebuah rumah yang diperkirakan berusia 3000 tahun di South Uist, sebuah pulau di Outer Hebrides sebelah barat lepas pantai Skotlandia.

Bangunan tersebut merupakan salah satu dari tiga rumah berbentuk bundar di Cladh Hallan, sebuah desa prasejarah yang diberi nama sama seperti pemakaman modern yang terletak di dekat situ.

Tempat tersebut dulu dihuni pada Era Perunggu dari 2200 SM hingga 800 SM – para ilmuwan menggali tempat tersebut untuk mempelajari lebih dalam era tersebut di Inggris, di mana hingga saat ini hanya sedikit yang diketahui.

Para peneliti menemukan kerangka seorang gadis remaja dan anak berusia tiga tahun di tempat tersebut. Kendati begitu, dua mayat terlihat sangat aneh – pria dan wanita tersebut ditemukan dengan posisi perut yang sangat erat seolah-olah mereka diikat dengan keras dulu, mengingatkan para peneliti tentang “pengikatan mumi” yang dilakukan di Amerika Selatan dan tempat lain di dunia. Mayat tersebut tampaknya dimumikan secara sengaja, bukti pertama proses mumifikasi di zaman kuno selain Mesir.


 
Kerangka wanita dewasa di Cladh Hallan. Rahang bawah, tulang lengan dan paha berasal dari jasad yang berbeda-beda.

Bukti penggabungan mumi
Bukti mumifikasi ini terletak pada bagaimana semua tulang pada kedua mayat tersebut masih “terhubung” atau di posisi yang sama dengan semasa mereka hidup. Urat daging dan kemungkinan kulit masih melekat satu sama lain ketika mereka dikuburkan.

Usia karbon dari lingkungan di sekitar kerangka tersebut menunjukkan bahwa mayat tersebut dikuburkan 600 tahun setelah mereka meninggal. Untuk mencegah mayat membusuk setelah waktu yang lama tersebut, mereka pasti dengan sengaja diawetkan, tidak seperti bangkai binatang yang dikuburkan di tempat tersebut, dibiarkan membusuk dan terurai.

Perubahan mineral di lapisan luar tulang-tulang menunjukkan bahwa mereka dikuburkan di lingkungan yang bersifat asam, seperti yang ditemukan di rawa gambut. Paparan pada gambut tersebut selama setahun atau lebih akan mmembuat mereka jadi mumi, dengan menghentikan mikroba untuk menguraikan mayat yang pada intinya sama dengan proses penyamakan pada kulit binatang.

Tulisan kuno menyebut bahwa proses pembalseman dilakukan pada zaman prasejarah Eropa, bukan hanya di Mesir. Sebagai contoh, filsuf kuno asal Yunani, Poseidonius, menulis pada sekitar 100 SM, “mengunjungi Gaul dan mencatat bahwa orang kuno Eropa (Celts) membalsemi kepala korban mereka dalam minyak cemara dan menyimpannya di peti,” ujar peneliti Mike Parker-Pearson, seorang arkeolog di University of Sheffield di Inggris.

Anehnya, kerangka mayat pria terdiri dari tulang-tulang tiga orang yang berbeda, yang terdiri dari batang tubuh dan tungkai seorang pria, tengkorak dan leher pria lainnya, dan rahang bawah dari mayat lainnya, kemungkinan seorang wanita.

Para peneliti menyimpulkan bahwa penemuan mayat ini mirip Frankenstein (campuran dari beberapa mayat) dengan menganalisis kerangkanya – contohnya, bukti radang sendi terlihat pada tulang leher, namun tidak pada seluruh tulang belakang, menunjukkan bahwa kerangka tersebut berasal dari mayat lainnya.

Dan juga, rahang bawah giginya masih utuh, sementara rahang atas hampir seluruh giginya sudah tanggal, dan kondisi gigi rahang bawah menunjukkan bahwa gigi-gigi tersebut pernah berinteraksi dengan rangkaian gigi di rahang atasnya, yang tampaknya berasal dari seorang pria lainnya.

Untuk mengetahui apakah kerangka wanita juga merupakan sebuah gabungan, para peneliti menganalisis DNA kuno dari tengkorak, rahang bawah, lengan atas kanan dan tulang paha kanan. Hal tersebut menemukan bahwa rahang bawah, tulang lengan dan tulang paha semuanya berasal dari orang yang berbeda. Data dari tengkorak tidak meyakinkan. (Anehnya, dua gigi depan rahang atasnya dicabut dan ditempatkan di kedua tangannya.)

Gabungan tersebut tampaknya disusun antara 1260 SM dan 1440 SM, sementara gabungan kedua disusun antara 1130 SM dan 1310 SM. “Ada kesamaan, namun kemungkinan secara statistik menunjukkan bahwa mereka disusun pada era yang berbeda,” ujar Parker-Pearson.

Meskipun gabungan bagian tubuh yang mirip Frankenstein mungkin tidak disengaja, “Bukti kedua membuat hal tersebut tampak seperti disengaja,” imbuh Parker-Pearson.

Mumifikasi mulai dilakukan di Inggris pada 1500 SM “pada masa di mana kepemilikan lahan – kebanyakan lebih komunal dan bukan pribadi – ditandai dengan sistem konstruksi lahan berskala besar,” ujar Parker-Pearson kepada LiveScience.

“Hak milik atas lahan bergantung pada klaim leluhur, jadi mungkin dengan “menanam” leluhur mereka merupakan sebuah bentuk yang menyerupai dokumen sah pada zaman prasejarah.”

“Menggabungkan bagian lain dari tubuh leluhur menjadi satu orang dapat menunjukkan penggabungan keluarga dan garis keturunan mereka yang berbeda,” imbuh Parker-Pearson. “Mungkin ini merupakan sebuah awal untuk membentuk kompleks perumahan yang ditinggali oleh banyak keluarga yang berbeda.”

Mumi? Inggris?
Ketika tulang-tulang tersebut ditemukan pertama kali, Parker-Pearson mengakui, “Beberapa arkeolog memang skeptis,” karena mumifikasi di Inggris Era Perunggu jarang diketahui.

Bahkan Parker-Pearson pernah ragu akan penemuan tersebut, sehingga dia enggan mempelajari tulang-tulang tersebut. “Namun sejak itu, kami mengaplikasikan sebuah metode ilmiah, yang mana analisis DNA kuno adalah yang terbaru,” ujarnya.

“Bersama dengan bukti arkeologis dari penggalian, hasil analisis tersebut menemukan bukti tidak terbantahkan tentang mumifikasi dan penggabungan ulang mayat.”

“Saya rasa itu tidak berkaitan sama sekali dengan Mesir kuno atau peradaban lainnya yang jauh,” ujar Parker-Pearson menjelaskan penemuannya. “Mumifikasi cukup mudah dilakukan sendiri, dan secara mengejutkan telah banyak dipakai dalam skala kecil, dalam masyarakat tradisional di seluruh dunia di abad ini.”

Malah, pemikiran bahwa praktik mumifikasi yang dilakukan bangsa Mesir menyebar ke tempat lain sudah tidak dipercaya lebih dari 50 tahun yang lalu.

“Oleh karena itu, hasil tersebut benar-benar mengubah pemikiran kita tentang penanganan mayat yang dilakukan pada zaman prasejarah Inggris,” ujar Parker-Pearson. “Arkeolog lainnya kini dapat mengidentifikasi contoh serupa karena pintu ke arah situ sudah terbuka – yang sebelumnya tidak pernah terpikirkan.”

Sebagai contoh, dua kerangka yang dianggap mumi manusia dari Down Farm di Dorset yang digali oleh Martin Green pada 2009, bahkan terdapat lubang bor di tulang-tulang panjang mereka, menunjukkan bahwa tungkai mereka memang diikat satu sama lain. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar