Rabu, 31 Oktober 2012

Ada Dua Komet Terang di Tahun 2013

Luar biasa! Itulah yang ada dipikiran saya ketika membaca sebuah post di grup facebook Dunis Astronomi. Setidaknya akan ada dua komet terang (magnitudo semu lebih besar dari nol) yang bakal mewarnai tahun tersebut. Pertama adalah komet PanSTAARS (C/2011 L4) yang bakal mencapai puncak kecemerlangannya pada bulan Maret 2013.

Komet PANSTARRS


Teleskop Pan-STARRS 1 yang berpangkalan di puncak Haleakala, Maui (Hawaii) mendeteksi sebuah benda langit aneh di gugusan bintang Scorpio pada 6 Juni 2011 lalu kala sedang mengerjakan tugas rutinnya untuk melacak benda-benda langit dekat Bumi yang berpotensi bahaya (potential hazardous asteroid atau PHA). Teleskop pemantul bergaris tengah 180 cm yang dilengkapi kamera CCD terbesar di dunia dengan kapasitas 1,4 gigapiksel yang merekam gambar setiap 45 detik sekali tersebut mendeteksi bintik cahaya asing yang terekam dalam empat citranya, masing-masing berupa file berukuran 3 gigabyte. Bintik cahaya asing tersebut sangat redup, dengan magnitud visual hanya +19,4 alias 144 kali lebih redup ketimbang planet kerdil Pluto pada saat ini. Namun citra Pan-STARRS 1 menunjukkan dengan jelas bahwa bintik cahaya asing ini memiliki ciri khas komet, yakni dengan bentuknya yang suram dan lonjong ke arah timur laut.



Teleskop Pan-STARRS 1 di Maui (Hawaii).


Rupanya tidak ada teleskop lain yang mendeteksi komet ini sehingga organisasi astronomi internasional (IAU) memberinya nama komet C/2011 L4 PANSTARRS, sebagai penghargaan kepada tim yang bekerja di teleskop ini. Dalam tatanama komet, sebuah komet memang selalu dinamakan sesuai dengan penemu pertamanya (atau tiga yang pertama melihat dan yang masing-masing saling bekerja secara terpisah). Namun era penerbangan antariksa serta teleskop-teleskop raksasa membuat komet baru kini dinamakan pula dengan nama wahana antariksa (baca : satelit) ataupun teleskop yang menemukannya.



Citra komet C/2011 L4 PANSTARRS hasil observasi Remanzacco Observatory, sebagai hasil stacking 14 citra tanpa filter yang masing-masing diambil dengan pencahayaan 3 menit.

Citra komet C/2011 L4 PANSTARRS hasil observasi Remanzacco Observatory, sebagai hasil stacking 14 citra tanpa filter yang masing-masing diambil dengan pencahayaan 3 menit. Komet (dalam lingkaran) nampak sebagai obyek baur redup yang sudah menunjukkan aktivitas coma (kepala komet) sehingga berbentuk lonjong (berelongasi) ke timur laut.
Observasi oleh tim Remanzacco Observatory dengan teleskop pemantul bergaris tengah 35 cm yang dilengkapi kamera CCD dari pos observasi Tzec Maun, Mayhill (AS) sehari kemudian mengonfirmasi komet tersebut. Rangkaian observasi berikutnya yang dilakukan dari berbagai lokasi di seluruh penjuru Bumi akhirnya mendapati bahwa komet C/2011 L4 PANSTARRS tergolong komet hiperbolik (eksentrisitas > 1). Artinya, komet ini menyusuri orbitnya yang berbentuk hiperbola sehingga hanya akan sekali mendekati perihelionnya (titik terdekat dengan Matahari) untuk kemudian takkan pernah kembali karena terlempar keluar dari lingkungan tata surya, kecuali jika ada gangguan gravitasi (entah dari planet gas raksasa seperti Jupiter maupun dari bintang yang kebetulan melintas di ruang antar bintang) yang memaksanya berubah orbit secara dramatis. Orbit hiperbolik ini, dengan kemiringan orbit (inklinasi) sebesar 85 derajat alias nyaris tegaklurus ekliptika (bidang edar Bumi mengelilingi Matahari) mengindikasikan komet C/2011 L4 PANSTARRS adalah komet baru, yang baru saja keluar dari sarangnya di awan komet Oort.

Yang menarik dari komet C/2011 L4 PANSTARRS ini adalah peluangnya menjadi komet cemerlang saat berada di sekitar perihelionnya pada pertengahan Maret 2013 mendatang. Ada dua faktor yang mendukungnya. Pertama, komet C/2011 L4 PANSTARRS telah terdeteksi meski masih berada pada jarak yang sangat jauh, yakni di antara orbit Jupiter dan Saturnus. Saat ditemukan, komet ini masih berjarak 7,9 AU dari Matahari atau berjarak 6,9 AU dari Bumi. Hal ini mengindikasikan inti komet C/2011 L4 PANSTARRS cukup besar. Data 41 observasi menunjukkan inti komet C/2011 L4 PANSTARRS memiliki magnitud absolut 10,5 sehingga dengan asumsi albedonya 10 % maka diameter intinya kemungkinan 30 km. Ini mengingatkan kita pada penemuan komet Hale-Bopp (C/1995 O1) pada tahun 1995, yang saat itu juga masih berada di antara orbit Jupiter dan Saturnus. Dua tahun kemudian komet Hale-Bopp menjadi salah satu komet paling cemerlang dengan magnitud visual -1 saat mendekati perihelionnya dan diketahui memiliki inti berdiameter 40 km.


Yang kedua, perihelion komet C/2011 L4 PANSTARRS cukup pendek yakni hanya 0,3 AU (45 juta km) atau sejarak Matahari-Merkurius dibanding komet Hale-Bopp (0,9 AU). Sehingga tekanan angin Matahari yang diterima komet C/2011 L4 PANSTARRS akan lebih besar. Dengan magnitud absolut +6 maka pada saat berada di perihelionnya komet C/2011 L4 PANSTARRS diestimasikan memiliki magnitud visual +2. Namun karena dinamika kecerlangan sangat dipengaruhi besarnya tekanan angin Matahari, maka komet C/2011 L4 PANSTARRS berpotensi lebih cemerlang dibanding nilai estimasi tersebut akibat peningkatan aktivitas emisi gas dan debu di kerak intinya. Terlebih komet ini diindikasikan baru saja keluar dari awan komet Oort, sehingga masih banyak mengandung senyawa-senyawa volatil di keraknya.



Simulasi komet C/2011 L4 PANSTARRS pada 10 Maret 2013 dengan Starry Night dilihat dari Kebumen.

Simulasi komet C/2011 L4 PANSTARRS pada 10 Maret 2013 dengan Starry Night dilihat dari Kebumen.
Komet C/2011 L4 PANSTARRS akan menempati perihelionnya pada 11 +/- 8 Maret 2013 mendatang. Dengan pendeknya perihelionnya, komet ini berpeluang teramati oleh satelit pengamat Matahari seperti satelit veteran SOHO maupun sepasang satelit stereoskopik STEREO A dan B. Terhadap Bumi, komet ini akan menempati titik terdekatnya pada 5 +/- 8 Maret 2013, dengan jarak 1,09 AU atau 164 juta km. Komet akan nampak rendah di atas kaki langit barat antara 26 Februari hingga 17 Maret pukul 18:30 WIB. Sementara di langit timur, komet nampak pada selang waktu lebih lama yakni awal Desember 2012 hingga pertengahan Maret 2013 jam 05:00 WIB, namun cukup redup (yakni dengan magnitud visual +11 hingga +5) sehingga sulit untuk dilihat khususnya di tengah gelimang cahaya fajar.

Dan yang kedua adalah komet ISON (C/2012 S1) yang bakal mencapai puncak kecemerlangannya pada bulan November 2013.


Komet ISON



Sebuah komet baru ditemukan Vitali Nevski (Belarus) dan Artyom Novichonok (Russia), sepasang astronom amatir yang memanfaatkan fasilitas teleskop pemantul Santel berdiameter 40 cm dilengkapi kamera CCD di kompleks International Scientific Optical Network (ISON), di dekat Kislovodsk, Russia. Komet tersebut terekam sebagai benda langit amat redup (magnitudo semu +18,8 atau 83 kali lipat lebih redup ketimbang Pluto) dan bergerak amat perlahan di antara bintang-bintang yang menjadi latar belakangnya pada 21 September 2012. Sesuai dengan tata nama yang berlaku untuk penemuan sebuah komet baru, maka komet ini dinamakan sesuai dengan fasilitas tempat ditemukannya sehingga dinamakan komet ISON. Lengkapnya, komet ini bernama komet C/2012 S1 ISON. Analisis menunjukkan komet ini sebenarnya sempat nongol juga dalam citra-citra hasil bidikan Observatorium Mt. Lemmon dan teleskop Pan-STARRS (Hawaii), masing-masing pada 28 Desember 2011 dan 28 Januari 2012. Namun saat itu belum disadari bahwa bintik cahaya amat redup itu adalah komet.


Hingga 24 September 2012, para astronom sedunia telah mengorganisir serangkaian observasi hingga 54 kali bagi komet ini. Sehingga diperoleh data yang mencukupi guna mengestimasi bentuk dan karakter orbitnya. Seperti halnya hampir segenap anggota tata surya lainnya, komet ISON juga bergerak mengelilingi Matahari namun dalam orbit yang unik. Jika planet-planet dan asteroid beredar menyusuri orbit yang lonjong, meski kelonjongannya berbeda-beda, maka komet ISON memiliki orbit hiperbola. Karena itu komet ISON hanya akan mendekati Matahari sekali saja sepanjang hayatnya untuk kemudian terbang keluar lingkungan tata surya, terkecuali terjadi gangguan gravitasi (misalnya oleh planet Jupiter maupun Saturnus) yang cukup signifikan yang memaksanya mengubah orbitnya menjadi ellips. Sebagai komet berorbit hiperbola, maka komet ISON tidak memiliki periode orbital dan aphelion (titik terjauh terhadap Matahari), namun memiliki perihelion (titik terdekat dengan Matahari).



Gambar 1. Komet ISON (di perpotongan garis silang), diabadikan pada 22 September 2012 dengan teleskop pemantul 25 cm pada exposure time 120 detik. Sumber : Remanzacco Observatory, 2012.


 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar